Abstrak:
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri melainkan mesti selalu berinteraksi dengan sesamanya.Untuk keperluan
tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai
identitas kelompok.Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki
oleh manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Inilah ilmu sosiolinguistik yang mempelajari bahasa sebagai
gejala social. Sosiolinguistik dituntut keikutsertaannya dalam memberikan
informasi dalam pengambilan kebijakan-kebijakan kebahasan termasuk juga dalam
pendidikan. Karena sosiolinguistik mempunyai posisi yang terbilang
cukup penting dalam pembelajaran bahasa terutama bahasa asing. Ini bisa dilihat
dari produk sosiolinguistik yang berupa
pengetahuan dan hasil penelitian/informasi tentang bahasa/dialek suatu daerah
untuk merencakan desain pembelajaran bahasa bukan hanya sebagai keterampilan
belaka, melainkan bagar bahasa yang sudah dipelajari itu, dapat digunakan dan
diterima serta sesuai dengan budaya penutur asli bahasa yang dipelajari.
Kata
kunci: sosiolinguistik, pembelajaran
bahasa, pembelajaran bahasa arab
Pendahuluan
Bahasa
tentu tidak akan terlepas dari budaya sebuah masyarakat yang mempergunakan
bahasa tersebut, karena perkembangan bahasa tentu beriringan dengan masyarakat
penggunanya. Inilah cakupan
kajian-kajian
sosiolinguistik yang menghubungkan bahasa dengan fenomena sosial dan kultural.
Misalnya tinjauan tentang variasi bahasa & tinjauan yang melihat bahasa
dari konteks sosial yang sebenarnya. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan keberbagaian bahasa di dunia yang memiliki
ciri-ciri yang unik yang menyebabkannya berbeda dengan bahasa lainnya (Yang juga termasuk didalamnya juga bahasa arab). Selain itu sosiolnguistik juga berusaha mencari hubungan
regular antara linguistik dan struktur sosial. Bagaimana kita sebagai orang
indonesia dalam mempelajari bahasa arab? Bagaimana kajian sosiolinguistik jika
diterapkan untuk mempelajari bahasa arab? Disilah letak jawabannya yang kami
akan mencoba membahas posisi-posisi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa
arab bagi orang indonesia yang sangat berbeda corak kebudayaannya.
Linguistic
Linguistic
atau ilmu bahasa merupakan sebuah disiplin ilmu yang menjadikan
bahasa sebagai objek kajiannya.[1]
Dan kajian bahasa linguistic adalah kajian secara umum atau luas yang digunakan sehari-hari. Secara
luas berarti cakupannya meliputi semua aspek dan komponen bahasa. Sedangkan
secara umum berarti sasarannya tidak hanya terbatas pada salah satu bahasa
saja, akan tetapi semua bahasa yang ada didunia.
Secara global cakupan linguistic
meliputi dua lingkup, yaitu lingkup mikrolinguistik dan makrolinguistik.[2]
Mikrolinguistik adalah lingkup linguistic yang mempelajari bahasa sebagai
kepentingan bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkan ilmu lain dan tanpa memikirkan
bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.[3]
Adapun bidangnya meliputi teori-teori linguistic (tradisional, structural,
transformasi, dll), linguistic historis, perbandungan bahasa serta deskripsi
bahasa itu sendiri (fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dll). Sedangkan
makrolinguistik adalah lingkup linguistic yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan luar bahasa yang hubungannya dengan ilmu lain dan bagaimana
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.[4]
Adapun bidangnya meliputi linguistic interdisipliner (antropoinguistik,
sosiolinguistik, etnolinguistik, filologi, semiotic dll) dan linguistic terapan
(perencanaan bahasa, pengajaran bahasa, penerjemahan, sosiolinguistik terapan
dll).
Linguistic
Edukasional
Linguistic Edukasional adalah salah
satu cabang linguistic yang khusus menganalisa, menerangkan, dan menjelaskan
tentang praktik pelaksanaan pengajaran bahasa dan pengajaran bahasa yang
berlandaskan pada teori-teori bahasa.[5]
Salah satu cabang ilmu liguistik edukasional adalah subdisiplin linguistic yang
mempelajari bahasa khusus untuk kepentingan proses belajar mengajar bahasa.
Dalam pembelajaran bahasa, konsep yang ada didalamnya meliputi:
a.
Bahasa, dalam
pengajaran bahasa memerlukan konsep tentang hakikat bahasa
b.
Pembelajaran, adanya
unsure pengajar dan pembelajar (anak didik).
c.
Bahan ajar, adanya
materi yang akan diajarkan.
d.
Konteks, pembelajaran
bahasa berlangsung pada konteks tertentu yang merupakan bagian yang sangat
esensial dari sebuah teori.[6]
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik
adalah ilmu subdisiplin linguistic yang mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan
factor-faktor kemasyarakatan atau factor social. [7]
Ilmu ini merupakan turunan dari ilmu linguistic umum yang mencoba mengkaji
kajian linguistic (yang mengkaji bahasa sebagai fenomena yang independen serta
mengkaji bahasa berdasarkan teori yang
universal) dihubungkan dengan factor social dan situasi serta menempatkan
kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya didalam masyarakat. yang
dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi social yang terjadi
dalam situasi kongkret. Misalnya tinjauan tentang variasi bahasa, tinjauan yang
melihat bahasa dari konteks sosial yang sebenarnya.[8]
Faktor social meliputi: status sosial, tingkat pendidikan/ekonomi, umur, jenis
kelamin, dan sebagainya. Sedangkan faktor situasi meliputi: siapa
bicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana dan mengenai masalah
apa, bagaimana cara menggunakan bahasa.[9]
Ini berarti bahwa sosiolinguistik
memandang bahasa pertama-tama sebagai system social dan sitem komunikasi, serta
merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Selain itu sosiolinguistik
juga berusaha mencari hubungan regular antara linguistik dan struktur sosial. Dengan
demikian sosiolinguistik tidak meninggalkan apa yang dikaji linguistic namun menjadikan
dasar atau pedoman untuk menunjukan penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan
factor social. Tentang apa yang telah
dipelajari linguistic dipandang ilmu sosiolinguistik sebagai bentuk bahasa dasar
yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa akan mengalami
perubahan.
Pembelajaran
Bahasa
Banyak para tokoh dalam
mendefinisikan bahasa, tetapi yang paling umum dan sesuai dengan konteks
pembahasan kami kali ini mendefinisikan bahasa sebagai alat untuk berinteraksi
untuk menyampaikan suatu gagasan. Pembelajaran bahasa adalah usaha yang
melibatkan semua kompenen pembelajaran bahasa untuk memaksimalkan hasil belajar
siswa yang berdampak pada peningkatan kreativitas, produktivitas dan keterampilan
berbahasa siwa.[10]
Banyak orang belajar bahasa arab dengan berbagai tujuan
yang berbeda-beda, diantaranya hanya sekedar untuk mengerti, untuk bisa
bercakap-cekap dengan lancar, dan berbagai tujuan khusus lainnya. Secara
nasional tujuan pendidikan bahasa harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan
institusional (tujuan dari lembaga pendidikan tertentu) lalu dikaitkan pula
dengan status politis bahasa yang dipelajari, kemudian dikaitkan pula dengan
fungsi-fungsi bahasa yang diperlukan.Untuk dapat mencapai tujuan pengajaran
bahasa dengan baik tujuan juga harus dikaitkan dengan status atau kedudukan
bahasa itu secara nasional. Dan disini status bahasa arab di Indonesia
merupakan bahasa asing.[11]
Pembelajaran
Bahasa Arab Bagi Non Arab
Pembelajaran bahasa arab bagi non
arab dimulai pada abad ke-17. Dan pembelajaran bahasa arab bagi non arab
(terutama orang Indonesia) merupakan suatu hal yang tidak bisa dipungkiri,
karena urgensi bahasa arab bagi masyarakat dunia ini cukup tinggi baik muslim
maupun non muslim.[12]
Ini bisa dilihat dari berbagai macam lembaga-lembaga pembelajaran bahasa arab
di berbagai Negara, salah satunya LIPIA di Jakarta. Nah, pembelajaran bahasa arab disini secara
formal merupakan sebuah pembelajaran bahasa asing, karena bahasa arab bukanlah
bahasa ibu maupun bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat Indonesia.Dan kebanyakan di Indonesia, bahasa arab bukanlah sebagai
bahasa pengantar dalam berkomunikasi tetapi dijadikan bahan materi dalam pembelajaran.
Permasalahan yang sekarang muncul,
pembelajaran bahasa arab memiliki banyak kendala dan problematika yang dihadapi.
Terutama bahasa arab yang menurut sebagian pelajar termasuk kami, bahasa arab
merupakan suatu “momok” [13].
Selain itu berbagai karakteristiknya serta motivasinya dalam mempelajarinya
juga menjadi permasalahan, karena bahasa arab bukanlah bahasa yang mudah
dikuasai secara total. Problematika yang muncul bisa datang dari segi
linguistic (tata bunyi, kosa kata, tata kalimat dan tulisan) juga dari segi non
linguistic ( dalam hal ini kami lebih menonjolkan hal yang menyangkut perbedaan
sosiokultural masyarakat arab dengan masyarakat Indonesia).[14]Kita
akan mencoba menjabarkan hal yang terkait dengan sosiokultural, yang dari problem
ini akan muncul semisal adanya ungkapan-ungkapan bahasa arab yang tidak bisa
diaartikan dalam bahasa Indonesia. Implikasinya diperlukannya materi pelajaran
bahasa arab yang mengandung hal-hal penggambaran sosiokultural bahasa arab.
Yang dari sini secara tidak langsung kita perlu mempelajari sosio-kultural
bangsa.
Posisi
Sosiolinguistik Terhadap Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Orang Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan
didepan bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa kaitannya dengan
penggunaan bahasa didalam masyarakat.yang memposisikan bahasa sebagai gejala
social yang maksudnya bahasa dan pemakainya akan dipengaruhi factor social dan
situasi dalam masyarakat. penerapan praktis dari hasil-hsil penelitian
sosiolinguistik merupakan topic pembicaraan yang bisa digunakan untuk mengatasi
masalah-masalah praktis dalam masyarakat.[15]
pengetahuan-pengetahuan sosiolinguistik bisa kita manfaatkan untuk pedoman
berkomunikasi atau berinteraksi dengan menunjukan bahasa, ragam bahasa atau
gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang
tertentu maupun konteks tertentu.[16]
Berdasarkan
definisi dan keterangan-keterangan mengenai sosiolinguistik kita bisa
memposisikan sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi non arab sebagaimana
pula telah disebutkan dalam silabus mata kuliah sosiolinguistik. Diantara
letaknya antara lain:
1.
Komunikasi bahasa
Komunikasi
merupakan proses interaksi antara satu orang dengan orang lain untuk
menyampaikan suatu pesan, informasi dll. Komponen yang harus ada didalam
komunikasi antara lain: pesan, penutur, penerima, konteks dan kesadaran.[17]
Adapun yang membedakan komunikasi secara umum dengan komunikasi bahasa terletak
pada pesannya, yaitu melalui bahasa. Posisi
sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi non arab bisa dilihat dari
hubungan bahasa dengan sosial. Sosiolinguistik selain mempelajari unsur atau
sistem internal bahasa arab (seperti: fonologi, sintaksis, morfologi dll) juga
mempelajari konteks diluar bahasa arab ( seperti: Konteks, Masyarakat tutur,
variasi bahasa, kelas sosial, penggunaan bahasa, kontak bahasa, bahasa dan
budaya). Jadi sosiolinguistik mempermudahkan kita bagaimana kita berkomunikasi
dengan bahasa arab. Dengan mempelajari hakikat unsur dalam bahasa arab itu
sendiri juga mempelajari unsur luar yang meliputi bahasa arab.
2.
Masyarakat tutur dan tindak tutur
Tutur merupakan bagian dari bahasa
yang bisa disamakan dengan parole dan performance, yakni bahasa dalam
penggunaannya secara nyata di dalam masyarakat.[18]
Yang dimaksud dengan masyarakat tutur yakni kelompok masyarakat (orang) yang
mempunyai verbal repertoir yang relatif sama dan mempunyai penilaian yang sama
terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu.[19]
Dalam memahami bahasa arab, kita pun perlu memahami masyarakat tuturnya. Masyarakat
tuturpun harus mempunyai kemampuan menggunakan bahasa dan bertutur sesuai
dengan fungsi, norma-norma dan situasi penggunaan bahasa, baik konteks situasi
maupun konteks sosial. Artinya, penutur benar-benar mempunyai kemampuan menggunakan bahasa arab dalam
tindak komunikasi, Bukan hanya sekedar berbicara dengan bahasa arab.
3.
Variasi bahasa dan jenis bahasa
Variasai bahasa atau jenis bahasa
muncul karena adanya keberagaman sosial penutur dan keragaman
fungsi bahasa itu sendiri.[20]
Dan variasi ini digunakan sebagai alat interaksi dalam masyarakat yang beraneka
ragam. Variasi bahasa bisa ditinjau dari:
1) Segi
Penutur, meliputi idiolek, dialek, kronolek, sosiolek, akrolek dll.
2) Segi penggunaannya,
meliputi: digunakan untuk keperluan apa? Bagaimana tingkat keformalannya? Serta
bagaimana pula sarana penggunaanya?
Sosiolinguistik mengkaji penjenisan bahasa berdasarkan memandang
dari sisi eksternal, yakni sosiologis, sosio-politis dan sosio-psikolinguistik,
bukan dari segi internalnya. Dengan begitu sangatlah jelas terlihat posisi
sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi orang Indonesia yaitu juga dengan
mempelajari berbagai macam ragam bahasa arab bisa memberikan informasi kepada
kita apa sajakah ragam dari bahasa arab? serta bagaimana penggunaan ragam
bahasa arab tersebut digunakan sebagaimana konteksnya?
4.
Bilingualisme, multilingualisme dan diglosia
Bilingualisme merupakan penggunaan dua
bahasa oleh masyarakat tutur dalam pergaulannya dengan orang lain[21]
semisal bahasa jawa dan indonesia. Multilingualisme adalah kemampuan seseorang
dalam memakai dua bahasa, semisal bahasa arab dan bahasa indonesia. Sedangkan
diglosia Adalah adanya dua variasi bahasa (lebih) dalam satu bahasa (lebih)
yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peran tertentu. Seorang bilingual tahu kapan dia harus menggunakan bahasa
pertama dan kapan menggunakan bahasa kedua yang mana waktunya sangat bergantung
pada konteks lawan tutur, topik tuturan, situasi sosial dan kelas
social.
Jadi
dapat kita peroleh teori pembelajaran bahasa Arab berbasis bilingualisme dan
diglosia antara lain:
a. Menempatkan
posisi bahasa Arab di depan peserta didik sebagai bahasa ke-2/3
b. Menentukan
hierarki kompetensi bahasa seseorang/masyarakat
c. Menentukan
hubungan bahasa ibu dan bahasa Arab (asing) dalam konteks sosial
d. Teori
untuk mengukur kemapuan peserta didik dalam tingkat berbahasa Arab
e. Dalam
maharah kalam. Kitabah, istima’: agar bisa menempatkan fungsi bahasa Arab dan
variasinya dalam tindak komunikasi dgn baik. Misalnya antara fushah dan
ammiyah.[22]
5.
Teori
alih kode dan campur kode
Dalam
keadaan kedwibahasaan akan sering dijumpai alih kode maupun campur kode. Alih kode
adalah peralihan dari suatu kode ke kode lain karena adanya faktor-faktor
penyebab yang mendasarinya dan terjadi antar bahasa dengan bahasa lain. Dan
peralihan ini disadari penuh oleh penutur, karena mempunyai faktor-faktor/tujuan
tertentu. Sedangkan campur kode Adalah memasukkan unsur-unsur suatu bahasa
(langue, parole) kepada bahasa lain dalam proses komunkasi. Alih kode berada
pada kalimat ke atas bahkan wacana. Sedangkan campur kode berada pada klausa ke
bawah sampai pada kata, termasuk di dalamnya adalah idiom.
Posisi
lain dari sosiolinguistik terlihat dari manfaat alih kode dan campur kode dalam
pembelajaran bahasa arab bagi orang Indonesia antara lain, yang antara lain:
a.
Mengajari peserta didik
agar bisa berkomunikasi dengan baik sesuai konteks.
b.
Mengajari peserta didik agar tidak terjebak
dengan linguistik murni, melainkan bisa memahami fungsi linguistik dalam tindak
tutur .
c.
Sebagai basis metode
pengajaran/pembelajaran bahasa Arab (asing) dengan sistem “gradasi” dan
“motivasi”, terutama maharah kalam dan istima’.
d.
Sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun kurikulum pendidikan bahasa Asing (Arab).[23]
6.
Interferensi dan integrasi
Setelah
terjadinya ke-dwibahasa-an atau kontak bahasa maka akan mengakibatkan transfer
bahasa. Dan transfer bahasa bisa dilihat dari sisi negative dan positifnya. Sisi
negative dari transfer bahasa memunculkan terjadinya interferensi, yakni
pengaruh unsure-unsur B1 terhadap penggunaan B2 yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan bilingual. Secara sosiolinguistik, interferensi merupakan
pengacau dalam berbahasa. Sedangkan sisi positif dari transfer bahasa adanya
integrasi, yaitu unsur-unsur suatu bahasa yang masuk ke dalam suatu bahasa lain
dan oleh penuturnya sudah menjadi bahasanya sendiri. Yang ini bisa menambah
kosa kata Namun secara positif sebagai salah satu mekanisme dalam memperkaya
dan mengembangkan bahasa, terutama kosa kata terutama kosa kata. Hal ini
dikarenakan sebuah bahasa dalam perkembangannya berbanding lurus dengan
perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia.
Disini
juga termasuk letak atau posisi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab
bagi orang Indonesia. Antara lain:
a.
Pada tahap awal,
terajdinya interferensi bisa dijadikan sebagai salah satu strategi/metode
pembelajaran.
b.
penggunaan leksem
lokalitas Indo yang di Arab tidak ada.
c. Analisis
kesalahan dan konstransif.[24]
7.
Teori
bahasa dan kebudayaan
Budaya
adalah hasil dari cipta rasa dan karsa manusia yang meliputi seluruh aspek
kehidupannya. Bahasa tidak hanya menentukan budaya, tetapi juga menentukan cara
dan jalan pikiran para penuturnya secara mendalam. Hal ini mengandung
pengertian: jika suatu bangsa bahasanya berbeda dengan bangsa lain, maka
berbeda pula jalan pikirannya.[25] Untuk menganalisa hubungan bahasa dan
budaya, bahasa harus dimaknai secara substantif, yakni manusiawi dan
tingkahlaku yang berkaitan dengan sikap dalam interaksi antar manusia.
Dengan
mempelajari bahasa arab secara tidak langsung mau atau tidak kitapun harus pula
mempelajari budaya bangsa arab itu sendiri. Karena budaya akan mencerminkan
pola pikir suatu masyarakat. Dengan mempelajari budaya bangsa arab akan
mempermudah kita memahami bahasa arab. Kitapun akan mudah memahami bahasa arab
semisal penggunaan nama suatu benda pada konteks tertentu. Semisal: Dalam budaya
masyarakat Arab yang tidak begitu mengenal nasi sebagai makanan pokok hanya ada
kata ar-ruz untuk menyatakan nasi, beras, gabah, dan padi, bahkan dalam bahasa
jawa bisa, pari, gabah, baras. Las, sego, upo, dll. Jadi karena budaya arab
tidak begitu mengenal nasi, segala nama nasi pada konteks tertentu akan
dinamakan sama tidak terspesifikasi. Beda dengan orang Indonesia yang sangat
begitu mengenal nasi, jadi segala nama nasi pada setiap konteks mempunyai nama
tersendiri.
8.
Hubungan Antara Bahasa Dan
Jenis Kelamin Penutur
Untuk
kajian sosiolinguistik, dalam memandang perbedaan ini secara netral-deskriptif
dengan pengertian bahwa perbedaan tersebut sebagai ciri khas dalam sebuah
masyarakat bahasa yang mencerminkan sistem sosialnya, atau sebaliknya. Bahasa yang
dipakai oleh wanita dan pria. Namun yang paling menonjol dari bahasa arab
adalah penggunaan dhamir untuk muanast dan mudzakar. Disinilah yang membedakan bahasa
yang digunakan wanita dan pria. Posisi sosiolinguistik pada pembahasa ini bisa
mempermudah kita bagaimana kita menggunakan bahasa arab, sesuai muanastkah atau
mudzakarlah.
9.
Perubahan, Pergeseran Dan
Pemertahanan Bahasa
Perubahan
berarti identitas suatu bahasa masih terjada, namun hanya ada perubahan baik
internal maupun akibat faktor bahasa luar. Pergeseran berati suatu bahasa
menuju proses kepunahan, manakala ditinggal oleh semua masyarakat tuturnya. dan
Pegeseran merupakan awal dari sebuah kepunahan bahasa manakala pergeseran ini
bersifat permanen. Yang mana posisi sosiolinguistik selanjutnya juga terletak
pada pembahasan ini. Dengan ini kita bisa memanfaatkannya untuk:
1. Barometer
untuk meninjau kurikulum PBA dan materi-materi bahasa Arab
2. Sebagai
penjenjangan materi bahasa Arab
3. Tidak
terjebak pada materi bahasa klasik dan mampu menyesuaikan perkembangan bahasa
Arab yang ada di Timur Tengah
4. Usaha
menjaga bahasa Arab dari kepunahan[26]
10.
Kesadaran
berbahasa
Merupakan
sikap seseorang baik secara mandiri maupun bersama-sama bertanggung jawab
terhadap suatu bahasa sehingga menimbulkan rasa memiliki dan berkemauan untuk
membina dan mengembangkan bahasa tersebut. Dengan kesadaran berbahasa arab memunculkan
sikap rasa tanggung jawab, rasa memiliki dan pembinaan terhadap bahasa arab
yang juga akan memberikan motivasi dalam belajar. Seolah kita mempunyai hak memiliki
atas bahasa arab, yang rasa memiliki bahasa merupakan kebutuhan pribadi dan
kelompok yang esensial yang menyatu dan menjadi milik pribadi, yang harus
dijaga, dirawat dan dipelihara.[27]
11.
Memahami perencanaan
dan pembakuan bahasa
Perencanaan
bahasa dalah usaha yang dilakukan oleh para pakar linguistik dan pemerintah
serta pihak yang terkait dalam merencanakan pengembangan dan penggunaan bahasa
di masa depan pada suatu negara dengan lebih baik dan terarah yang meliputi
aspek tata eja, leksikon, istilah, tata bahasa dan makna. Sedangkan pembakuan
bahasa adalah ragam bahasa yang dijadikan tolak ukur baik dan benar yang
digunakan pada komunikasi formal atau resmi. Dengan begitu guna mengetahui
perencanaan bahasa dan pembakuan bahasa bisa memberikan kontribusi dalam
pembelajaran bahasa arab, antara lain:
a. Sebagai
pertimbangan untuk meg-up to date perkembangan bahasa Arab sebagai materi ajar
b. Bahan
pertimbangan dalam memilih bahasa Arab fushah (baku)
c. Wacana
analisis terhadap perkembangan bahasa Arab
d. Mengetahui
nilai dan penggunaan dari suatu ragam bahasa Arab
e. Usaha
untuk perencanaan dan pengembangan bahasa Arab lokalitas-beku yang belum
ter-cover di Majam’ lugah Arabiyah.[28]
Penutup
Dari
pembahasan di atas, tampak bahwa kontribusi sosiolinguistik dalam pembelajaran
bahasa arab bagi orang Indonesia memang cukup signifikan terutama dalam
memberikan informasi tentang hakekat bahasa dan penggunaan bahasa arab sesuai
dengan konteks kemasyarakatan dan kondisi sosial bahasa arab. Ini bisa dilihat
dari hasil-hasil produk sosiolinguistik yang bisa menjawab permasalahan
diantaranya dialek dan ragam bahasa, masyarakat bahasa, bilingualisme dan
multilingualisme, penggunaan bahasa, perencanaan bahasa, serta bagasa dan
kebudayaan. Yang hal-hal ini sangat penting guna menunjang pembelajran bahasa
arab.
Daftar
Pustaka
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer,
Abdul, Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
PT Rineka Cipt.
Hermawan,
Acep. 2001. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nababan,
1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
Parera,
Jos Daniel. 1986. linguistic Edukasional, Jakarta: Erlangga.
Soeparno.
2002. Dasar-Dasar Sosiolinguistik Umum. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogya.
Hand
Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-1
sampai ke-12
file://s-sosiolinguistik-dan-pembelajaran.html
[1] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2003), hlm 1
[2] Soeparno, Dasar-Dasar
Sosiolinguistik Umum, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm 21
[3] Ibid, hlm 21
[4] Ibid, hlm 22
[5] Jos Daniel Parera, linguistic
Edukasional, (jakarta: Erlangga, 1986), hlm 1
[6] Ibid, hlm 6-7
[7] Soeparno, Dasar-Dasar
Sosiolinguistik Umum, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm 25
[8] file:/
/51-urgensi-dan-kontribusi-sosiolinguistik-dalam-linguistik-edukasional.html. diakses 5 nofember 2012 pukul 09.15
WIB
[9] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi
mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-1.
[10]file://s-sosiolinguistik-dan-pembelajaran.html,
diakses tgl 28 Oktober 2012 pukul 10.15 WIB
[11] Abdul Chaer, Leonie Agustina, Sosiolinguistik
Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004), hlm 211
[12] Acep, Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm 99
[13] Hal yang menakutkan bagi para pelajar
bahasa arab, karena bahasa arab yang rumit dengan rumus-rumusnya dan sangat
membosankan dalam membelajarinya.
[14] Acep, Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm 100.
[15] Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik
Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm 6
[16] Ibid, hlm 7
[17] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi
mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-2.
[18] Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik
Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm 30-34
[19] Ibid, hlm 36-38
[20] Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik
Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm 61.
[21] Nababan, Sosiolinguistik Suatu
Pengantar, (Jakarta: PT Gramedia, 1984), hlm 27
[22] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi
mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-5
[23] Hand Out
Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-6.
[24] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi
mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-7.
[25] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi
mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-8.
[26] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi
mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-10.
[27] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi
mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-11.
[28] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi
mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar