Minggu, 18 November 2012

sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab


Abstrak:
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan mesti selalu berinteraksi dengan sesamanya.Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok.Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Inilah ilmu sosiolinguistik yang mempelajari bahasa sebagai gejala social. Sosiolinguistik dituntut keikutsertaannya dalam memberikan informasi dalam pengambilan kebijakan-kebijakan kebahasan termasuk juga dalam pendidikan. Karena sosiolinguistik mempunyai posisi yang terbilang cukup penting dalam pembelajaran bahasa terutama bahasa asing. Ini bisa dilihat dari  produk sosiolinguistik yang berupa pengetahuan dan hasil penelitian/informasi tentang bahasa/dialek suatu daerah untuk merencakan desain pembelajaran bahasa bukan hanya sebagai keterampilan belaka, melainkan bagar bahasa yang sudah dipelajari itu, dapat digunakan dan diterima serta sesuai dengan budaya penutur asli bahasa yang dipelajari.
Kata kunci: sosiolinguistik, pembelajaran bahasa, pembelajaran bahasa arab
Pendahuluan
Bahasa tentu tidak akan terlepas dari budaya sebuah masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut, karena perkembangan bahasa tentu beriringan dengan masyarakat penggunanya. Inilah cakupan kajian-kajian sosiolinguistik yang menghubungkan bahasa dengan fenomena sosial dan kultural. Misalnya tinjauan tentang variasi bahasa & tinjauan yang melihat bahasa dari konteks sosial yang sebenarnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan keberbagaian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkannya berbeda dengan bahasa lainnya (Yang juga termasuk didalamnya juga bahasa arab). Selain itu sosiolnguistik juga berusaha mencari hubungan regular antara linguistik dan struktur sosial. Bagaimana kita sebagai orang indonesia dalam mempelajari bahasa arab? Bagaimana kajian sosiolinguistik jika diterapkan untuk mempelajari bahasa arab? Disilah letak jawabannya yang kami akan mencoba membahas posisi-posisi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi orang indonesia yang sangat berbeda corak kebudayaannya.
Linguistic
            Linguistic atau ilmu bahasa merupakan sebuah disiplin ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.[1] Dan kajian bahasa linguistic adalah kajian secara umum atau luas yang digunakan sehari-hari. Secara luas berarti cakupannya meliputi semua aspek dan komponen bahasa. Sedangkan secara umum berarti sasarannya tidak hanya terbatas pada salah satu bahasa saja, akan tetapi semua bahasa yang ada didunia.
            Secara global cakupan linguistic meliputi dua lingkup, yaitu lingkup mikrolinguistik dan makrolinguistik.[2] Mikrolinguistik adalah lingkup linguistic yang mempelajari bahasa sebagai kepentingan bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkan ilmu lain dan tanpa memikirkan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.[3] Adapun bidangnya meliputi teori-teori linguistic (tradisional, structural, transformasi, dll), linguistic historis, perbandungan bahasa serta deskripsi bahasa itu sendiri (fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dll). Sedangkan makrolinguistik adalah lingkup linguistic yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan luar bahasa yang hubungannya dengan ilmu lain dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.[4] Adapun bidangnya meliputi linguistic interdisipliner (antropoinguistik, sosiolinguistik, etnolinguistik, filologi, semiotic dll) dan linguistic terapan (perencanaan bahasa, pengajaran bahasa, penerjemahan, sosiolinguistik terapan dll).
Linguistic Edukasional
            Linguistic Edukasional adalah salah satu cabang linguistic yang khusus menganalisa, menerangkan, dan menjelaskan tentang praktik pelaksanaan pengajaran bahasa dan pengajaran bahasa yang berlandaskan pada teori-teori bahasa.[5] Salah satu cabang ilmu liguistik edukasional adalah subdisiplin linguistic yang mempelajari bahasa khusus untuk kepentingan proses belajar mengajar bahasa. Dalam pembelajaran bahasa, konsep yang ada didalamnya meliputi:
a.      Bahasa, dalam pengajaran bahasa memerlukan konsep tentang hakikat bahasa
b.      Pembelajaran, adanya unsure pengajar dan pembelajar (anak didik).
c.      Bahan ajar, adanya materi yang akan diajarkan.
d.      Konteks, pembelajaran bahasa berlangsung pada konteks tertentu yang merupakan bagian yang sangat esensial dari sebuah teori.[6]
Sosiolinguistik
            Sosiolinguistik adalah ilmu subdisiplin linguistic yang mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan factor-faktor kemasyarakatan atau factor social. [7] Ilmu ini merupakan turunan dari ilmu linguistic umum yang mencoba mengkaji kajian linguistic (yang mengkaji bahasa sebagai fenomena yang independen serta mengkaji  bahasa berdasarkan teori yang universal) dihubungkan dengan factor social dan situasi serta menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya didalam masyarakat. yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi social yang terjadi dalam situasi kongkret. Misalnya tinjauan tentang variasi bahasa, tinjauan yang melihat bahasa dari konteks sosial yang sebenarnya.[8] Faktor social meliputi: status sosial, tingkat pendidikan/ekonomi, umur, jenis kelamin, dan sebagainya. Sedangkan faktor situasi meliputi: siapa bicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana dan mengenai masalah apa, bagaimana cara menggunakan bahasa.[9]
Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai system social dan sitem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Selain itu sosiolinguistik juga berusaha mencari hubungan regular antara linguistik dan struktur sosial. Dengan demikian sosiolinguistik tidak meninggalkan apa yang dikaji linguistic namun menjadikan dasar atau pedoman untuk menunjukan penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan factor social.  Tentang apa yang telah dipelajari linguistic dipandang ilmu sosiolinguistik sebagai bentuk bahasa dasar yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa akan mengalami perubahan.
Pembelajaran Bahasa
            Banyak para tokoh dalam mendefinisikan bahasa, tetapi yang paling umum dan sesuai dengan konteks pembahasan kami kali ini mendefinisikan bahasa sebagai alat untuk berinteraksi untuk menyampaikan suatu gagasan. Pembelajaran bahasa adalah usaha yang melibatkan semua kompenen pembelajaran bahasa untuk memaksimalkan hasil belajar siswa yang berdampak pada peningkatan kreativitas, produktivitas dan keterampilan berbahasa siwa.[10]
Banyak orang belajar bahasa arab dengan berbagai tujuan yang berbeda-beda, diantaranya hanya sekedar untuk mengerti, untuk bisa bercakap-cekap dengan lancar, dan berbagai tujuan khusus lainnya. Secara nasional tujuan pendidikan bahasa harus dikaitkan dengan tujuan  pendidikan nasional dan tujuan pendidikan institusional (tujuan dari lembaga pendidikan tertentu) lalu dikaitkan pula dengan status politis bahasa yang dipelajari, kemudian dikaitkan pula dengan fungsi-fungsi bahasa yang diperlukan.Untuk dapat mencapai tujuan pengajaran bahasa dengan baik tujuan juga harus dikaitkan dengan status atau kedudukan bahasa itu secara nasional. Dan disini status bahasa arab di Indonesia merupakan bahasa asing.[11]
Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab
            Pembelajaran bahasa arab bagi non arab dimulai pada abad ke-17. Dan pembelajaran bahasa arab bagi non arab (terutama orang Indonesia) merupakan suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, karena urgensi bahasa arab bagi masyarakat dunia ini cukup tinggi baik muslim maupun non muslim.[12] Ini bisa dilihat dari berbagai macam lembaga-lembaga pembelajaran bahasa arab di berbagai Negara, salah satunya LIPIA di Jakarta.  Nah, pembelajaran bahasa arab disini secara formal merupakan sebuah pembelajaran bahasa asing, karena bahasa arab bukanlah bahasa ibu maupun bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia.Dan kebanyakan di Indonesia, bahasa arab bukanlah sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi tetapi dijadikan bahan materi dalam pembelajaran.
            Permasalahan yang sekarang muncul, pembelajaran bahasa arab memiliki banyak kendala dan problematika yang dihadapi. Terutama bahasa arab yang menurut sebagian pelajar termasuk kami, bahasa arab merupakan suatu “momok” [13]. Selain itu berbagai karakteristiknya serta motivasinya dalam mempelajarinya juga menjadi permasalahan, karena bahasa arab bukanlah bahasa yang mudah dikuasai secara total. Problematika yang muncul bisa datang dari segi linguistic (tata bunyi, kosa kata, tata kalimat dan tulisan) juga dari segi non linguistic ( dalam hal ini kami lebih menonjolkan hal yang menyangkut perbedaan sosiokultural masyarakat arab dengan masyarakat Indonesia).[14]Kita akan mencoba menjabarkan hal yang terkait dengan sosiokultural, yang dari problem ini akan muncul semisal adanya ungkapan-ungkapan bahasa arab yang tidak bisa diaartikan dalam bahasa Indonesia. Implikasinya diperlukannya materi pelajaran bahasa arab yang mengandung hal-hal penggambaran sosiokultural bahasa arab. Yang dari sini secara tidak langsung kita perlu mempelajari sosio-kultural bangsa.
Posisi Sosiolinguistik Terhadap Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Orang Indonesia
            Seperti yang telah dijelaskan didepan bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa kaitannya dengan penggunaan bahasa didalam masyarakat.yang memposisikan bahasa sebagai gejala social yang maksudnya bahasa dan pemakainya akan dipengaruhi factor social dan situasi dalam masyarakat. penerapan praktis dari hasil-hsil penelitian sosiolinguistik merupakan topic pembicaraan yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam masyarakat.[15] pengetahuan-pengetahuan sosiolinguistik bisa kita manfaatkan untuk pedoman berkomunikasi atau berinteraksi dengan menunjukan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu maupun konteks tertentu.[16]
            Berdasarkan definisi dan keterangan-keterangan mengenai sosiolinguistik kita bisa memposisikan sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi non arab sebagaimana pula telah disebutkan dalam silabus mata kuliah sosiolinguistik. Diantara letaknya antara lain:
1.                   Komunikasi bahasa
            Komunikasi merupakan proses interaksi antara satu orang dengan orang lain untuk menyampaikan suatu pesan, informasi dll. Komponen yang harus ada didalam komunikasi antara lain: pesan, penutur, penerima, konteks dan kesadaran.[17] Adapun yang membedakan komunikasi secara umum dengan komunikasi bahasa terletak pada pesannya, yaitu melalui bahasa.  Posisi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi non arab bisa dilihat dari hubungan bahasa dengan sosial. Sosiolinguistik selain mempelajari unsur atau sistem internal bahasa arab (seperti: fonologi, sintaksis, morfologi dll) juga mempelajari konteks diluar bahasa arab ( seperti: Konteks, Masyarakat tutur, variasi bahasa, kelas sosial, penggunaan bahasa, kontak bahasa, bahasa dan budaya). Jadi sosiolinguistik mempermudahkan kita bagaimana kita berkomunikasi dengan bahasa arab. Dengan mempelajari hakikat unsur dalam bahasa arab itu sendiri juga mempelajari unsur luar yang meliputi bahasa arab.
2.                  Masyarakat tutur dan tindak tutur
            Tutur merupakan bagian dari bahasa yang bisa disamakan dengan parole dan performance, yakni bahasa dalam penggunaannya secara nyata di dalam masyarakat.[18] Yang dimaksud dengan masyarakat tutur yakni kelompok masyarakat (orang) yang mempunyai verbal repertoir yang relatif sama dan mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu.[19] Dalam memahami bahasa arab, kita pun perlu memahami masyarakat tuturnya. Masyarakat tuturpun harus mempunyai kemampuan menggunakan bahasa dan bertutur sesuai dengan fungsi, norma-norma dan situasi penggunaan bahasa, baik konteks situasi maupun konteks sosial. Artinya, penutur benar-benar  mempunyai kemampuan menggunakan bahasa arab dalam tindak komunikasi, Bukan hanya sekedar berbicara dengan bahasa arab.  
3.                  Variasi bahasa dan jenis bahasa
            Variasai bahasa atau jenis bahasa muncul karena adanya keberagaman sosial penutur dan keragaman fungsi bahasa itu sendiri.[20] Dan variasi ini digunakan sebagai alat interaksi dalam masyarakat yang beraneka ragam. Variasi bahasa bisa ditinjau dari:
1)   Segi Penutur, meliputi idiolek, dialek, kronolek, sosiolek, akrolek dll.
2)   Segi penggunaannya, meliputi: digunakan untuk keperluan apa? Bagaimana tingkat keformalannya? Serta bagaimana pula sarana penggunaanya?
            Sosiolinguistik mengkaji penjenisan bahasa berdasarkan memandang dari sisi eksternal, yakni sosiologis, sosio-politis dan sosio-psikolinguistik, bukan dari segi internalnya. Dengan begitu sangatlah jelas terlihat posisi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi orang Indonesia yaitu juga dengan mempelajari berbagai macam ragam bahasa arab bisa memberikan informasi kepada kita apa sajakah ragam dari bahasa arab? serta bagaimana penggunaan ragam bahasa arab tersebut digunakan sebagaimana konteksnya?
4.                  Bilingualisme, multilingualisme dan diglosia
            Bilingualisme merupakan penggunaan dua bahasa oleh masyarakat tutur dalam pergaulannya dengan orang lain[21] semisal bahasa jawa dan indonesia. Multilingualisme adalah kemampuan seseorang dalam memakai dua bahasa, semisal bahasa arab dan bahasa indonesia. Sedangkan diglosia Adalah adanya dua variasi bahasa (lebih) dalam satu bahasa (lebih) yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peran tertentu. Seorang bilingual tahu kapan dia harus menggunakan bahasa pertama dan kapan menggunakan bahasa kedua yang mana waktunya sangat bergantung pada konteks lawan tutur, topik tuturan, situasi sosial dan kelas social.
            Jadi dapat kita peroleh teori pembelajaran bahasa Arab berbasis bilingualisme dan diglosia antara lain:
a.    Menempatkan posisi bahasa Arab di depan peserta didik sebagai bahasa ke-2/3
b.    Menentukan hierarki kompetensi bahasa seseorang/masyarakat
c.    Menentukan hubungan bahasa ibu dan bahasa Arab (asing) dalam konteks sosial
d.    Teori untuk mengukur kemapuan peserta didik dalam tingkat berbahasa Arab
e.    Dalam maharah kalam. Kitabah, istima’: agar bisa menempatkan fungsi bahasa Arab dan variasinya dalam tindak komunikasi dgn baik. Misalnya antara fushah dan ammiyah.[22]
5.                  Teori alih kode dan campur kode
            Dalam keadaan kedwibahasaan akan sering dijumpai alih kode maupun campur kode. Alih kode adalah peralihan dari suatu kode ke kode lain karena adanya faktor-faktor penyebab yang mendasarinya dan terjadi antar bahasa dengan bahasa lain. Dan peralihan ini disadari penuh oleh penutur, karena mempunyai faktor-faktor/tujuan tertentu. Sedangkan campur kode Adalah memasukkan unsur-unsur suatu bahasa (langue, parole) kepada bahasa lain dalam proses komunkasi. Alih kode berada pada kalimat ke atas bahkan wacana. Sedangkan campur kode berada pada klausa ke bawah sampai pada kata, termasuk di dalamnya adalah idiom.
            Posisi lain dari sosiolinguistik terlihat dari manfaat alih kode dan campur kode dalam pembelajaran bahasa arab bagi orang Indonesia antara lain, yang antara lain:
a.    Mengajari peserta didik agar bisa berkomunikasi dengan baik sesuai konteks.
b.     Mengajari peserta didik agar tidak terjebak dengan linguistik murni, melainkan bisa memahami fungsi linguistik dalam tindak tutur .
c.    Sebagai basis metode pengajaran/pembelajaran bahasa Arab (asing) dengan sistem “gradasi” dan “motivasi”, terutama maharah kalam dan istima’.
d.    Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kurikulum pendidikan bahasa Asing (Arab).[23]
6.                  Interferensi dan integrasi
            Setelah terjadinya ke-dwibahasa-an atau kontak bahasa maka akan mengakibatkan transfer bahasa. Dan transfer bahasa bisa dilihat dari sisi negative dan positifnya. Sisi negative dari transfer bahasa memunculkan terjadinya interferensi, yakni pengaruh unsure-unsur B1 terhadap penggunaan B2 yang disebabkan oleh ketidakseimbangan bilingual. Secara sosiolinguistik, interferensi merupakan pengacau dalam berbahasa. Sedangkan sisi positif dari transfer bahasa adanya integrasi, yaitu unsur-unsur suatu bahasa yang masuk ke dalam suatu bahasa lain dan oleh penuturnya sudah menjadi bahasanya sendiri. Yang ini bisa menambah kosa kata Namun secara positif sebagai salah satu mekanisme dalam memperkaya dan mengembangkan bahasa, terutama kosa kata terutama kosa kata. Hal ini dikarenakan sebuah bahasa dalam perkembangannya berbanding lurus dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia.
            Disini juga termasuk letak atau posisi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi orang Indonesia. Antara lain:
a.    Pada tahap awal, terajdinya interferensi bisa dijadikan sebagai salah satu strategi/metode pembelajaran.
b.    penggunaan leksem lokalitas Indo yang di Arab tidak ada.
c.    Analisis kesalahan dan konstransif.[24]
7.                  Teori bahasa dan kebudayaan       
            Budaya adalah hasil dari cipta rasa dan karsa manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupannya. Bahasa tidak hanya menentukan budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran para penuturnya secara mendalam. Hal ini mengandung pengertian: jika suatu bangsa bahasanya berbeda dengan bangsa lain, maka berbeda pula jalan pikirannya.[25] Untuk menganalisa hubungan bahasa dan budaya, bahasa harus dimaknai secara substantif, yakni manusiawi dan tingkahlaku yang berkaitan dengan sikap dalam interaksi antar manusia.
            Dengan mempelajari bahasa arab secara tidak langsung mau atau tidak kitapun harus pula mempelajari budaya bangsa arab itu sendiri. Karena budaya akan mencerminkan pola pikir suatu masyarakat. Dengan mempelajari budaya bangsa arab akan mempermudah kita memahami bahasa arab. Kitapun akan mudah memahami bahasa arab semisal penggunaan nama suatu benda pada konteks tertentu. Semisal: Dalam budaya masyarakat Arab yang tidak begitu mengenal nasi sebagai makanan pokok hanya ada kata ar-ruz untuk menyatakan nasi, beras, gabah, dan padi, bahkan dalam bahasa jawa bisa, pari, gabah, baras. Las, sego, upo, dll. Jadi karena budaya arab tidak begitu mengenal nasi, segala nama nasi pada konteks tertentu akan dinamakan sama tidak terspesifikasi. Beda dengan orang Indonesia yang sangat begitu mengenal nasi, jadi segala nama nasi pada setiap konteks mempunyai nama tersendiri.
8.                  Hubungan Antara Bahasa Dan Jenis Kelamin Penutur
            Untuk kajian sosiolinguistik, dalam memandang perbedaan ini secara netral-deskriptif dengan pengertian bahwa perbedaan tersebut sebagai ciri khas dalam sebuah masyarakat bahasa yang mencerminkan sistem sosialnya, atau sebaliknya. Bahasa yang dipakai oleh wanita dan pria. Namun yang paling menonjol dari bahasa arab adalah penggunaan dhamir untuk muanast dan mudzakar. Disinilah yang membedakan bahasa yang digunakan wanita dan pria. Posisi sosiolinguistik pada pembahasa ini bisa mempermudah kita bagaimana kita menggunakan bahasa arab, sesuai muanastkah atau mudzakarlah.
9.                  Perubahan, Pergeseran Dan Pemertahanan Bahasa
            Perubahan berarti identitas suatu bahasa masih terjada, namun hanya ada perubahan baik internal maupun akibat faktor bahasa luar. Pergeseran berati suatu bahasa menuju proses kepunahan, manakala ditinggal oleh semua masyarakat tuturnya. dan Pegeseran merupakan awal dari sebuah kepunahan bahasa manakala pergeseran ini bersifat permanen. Yang mana posisi sosiolinguistik selanjutnya juga terletak pada pembahasan ini. Dengan ini kita bisa memanfaatkannya untuk:
1.    Barometer untuk meninjau kurikulum PBA dan materi-materi bahasa Arab
2.    Sebagai penjenjangan materi bahasa Arab
3.    Tidak terjebak pada materi bahasa klasik dan mampu menyesuaikan perkembangan bahasa Arab yang ada di Timur Tengah
4.    Usaha menjaga bahasa Arab dari kepunahan[26]
10.               Kesadaran berbahasa
            Merupakan sikap seseorang baik secara mandiri maupun bersama-sama bertanggung jawab terhadap suatu bahasa sehingga menimbulkan rasa memiliki dan berkemauan untuk membina dan mengembangkan bahasa tersebut. Dengan kesadaran berbahasa arab memunculkan sikap rasa tanggung jawab, rasa memiliki dan pembinaan terhadap bahasa arab yang juga akan memberikan motivasi dalam belajar. Seolah kita mempunyai hak memiliki atas bahasa arab, yang rasa memiliki bahasa merupakan kebutuhan pribadi dan kelompok yang esensial yang menyatu dan menjadi milik pribadi, yang harus dijaga, dirawat dan dipelihara.[27]
11.                Memahami perencanaan dan pembakuan bahasa
            Perencanaan bahasa dalah usaha yang dilakukan oleh para pakar linguistik dan pemerintah serta pihak yang terkait dalam merencanakan pengembangan dan penggunaan bahasa di masa depan pada suatu negara dengan lebih baik dan terarah yang meliputi aspek tata eja, leksikon, istilah, tata bahasa dan makna. Sedangkan pembakuan bahasa adalah ragam bahasa yang dijadikan tolak ukur baik dan benar yang digunakan pada komunikasi formal atau resmi. Dengan begitu guna mengetahui perencanaan bahasa dan pembakuan bahasa bisa memberikan kontribusi dalam pembelajaran bahasa arab, antara lain:
a.    Sebagai pertimbangan untuk meg-up to date perkembangan bahasa Arab sebagai materi ajar
b.    Bahan pertimbangan dalam memilih bahasa Arab fushah (baku)
c.    Wacana analisis terhadap perkembangan bahasa Arab
d.    Mengetahui nilai dan penggunaan dari suatu ragam bahasa Arab
e.    Usaha untuk perencanaan dan pengembangan bahasa Arab lokalitas-beku yang belum ter-cover di Majam’ lugah Arabiyah.[28]
Penutup
Dari pembahasan di atas, tampak bahwa kontribusi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa arab bagi orang Indonesia memang cukup signifikan terutama dalam memberikan informasi tentang hakekat bahasa dan penggunaan bahasa arab sesuai dengan konteks kemasyarakatan dan kondisi sosial bahasa arab. Ini bisa dilihat dari hasil-hasil produk sosiolinguistik yang bisa menjawab permasalahan diantaranya dialek dan ragam bahasa, masyarakat bahasa, bilingualisme dan multilingualisme, penggunaan bahasa, perencanaan bahasa, serta bagasa dan kebudayaan. Yang hal-hal ini sangat penting guna menunjang pembelajran bahasa arab.









Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul, Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipt.
Hermawan, Acep. 2001. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nababan, 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
Parera, Jos Daniel. 1986. linguistic Edukasional, Jakarta: Erlangga.
Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Sosiolinguistik Umum. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-1 sampai ke-12
file://s-sosiolinguistik-dan-pembelajaran.html


[1] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm 1
[2] Soeparno, Dasar-Dasar Sosiolinguistik Umum, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm 21
[3] Ibid, hlm 21
[4] Ibid, hlm 22
[5] Jos Daniel Parera, linguistic Edukasional, (jakarta: Erlangga, 1986), hlm 1
[6] Ibid, hlm 6-7
[7] Soeparno, Dasar-Dasar Sosiolinguistik Umum, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm 25
[9] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-1.
[10]file://s-sosiolinguistik-dan-pembelajaran.html, diakses tgl 28 Oktober 2012 pukul 10.15 WIB
[11] Abdul Chaer, Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal,  (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm 211
[12] Acep, Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001),  hlm 99
[13] Hal yang menakutkan bagi para pelajar bahasa arab, karena bahasa arab yang rumit dengan rumus-rumusnya dan sangat membosankan dalam membelajarinya.
[14] Acep, Hermawan,  Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001),  hlm 100.
[15] Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm 6
[16] Ibid, hlm 7
[17] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-2.
[18] Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm 30-34
[19] Ibid, hlm 36-38
[20] Abdul Chaer, Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm 61.
[21] Nababan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Gramedia, 1984), hlm 27
[22] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-5

[23] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-6.
[24] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-7.
[25] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-8.
[26] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-10.
[27] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-11.
[28] Hand Out Bpk Habibi Muhammad Luthfi mata kuliah sosiolinguistik pada pertemuan ke-12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar