Metode
Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method)
Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab
Oleh:
Choiruddin, Abdul Ro’uf, Aisyah, Ulil Hikmah, Nasirotul Alawiyah
I.
PENDAHULUAN
Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu
prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model
pengajaran), Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (listening
competence/mahaarah al materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang
keterampilan pada penguasaan – Istima’), kemampuan berbicara (speaking
competence/mahaarah al-takallum), kemampuan membaca (reading
competence/mahaarah al-qira’ah), dan kemampuan menulis (writing
competence/mahaarah al – Kitaabah). Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai
setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara
perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin
dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan
minat serta ketekunannya.
Maka berangkat dari sinilah kami mencoba untuk mengupas secara singkat
tentang metode mubasyaroh( langsung ) dalam makalah ini. Karena kami
merasa bahwa penting sekali dalam penggunaan sebuah metode untuk diterapkan
dalam pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa.
II.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Munculnya Metode Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method)
Metode
langsung merupakan metode yang memprioritaskan pada ketrampilan berbicara. Metode
ini muncul sebagai reaksi ketidakpuasan
terhadap hasil pengajaran bahasa dari metode sebelumnya, metode gramatika
tarjamah, yang dipandang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang mati.[1]
Menjelang
pertengahan abad ke-19 hubungan antar Negara di Eropa mulai terbuka sehingga
menyebabkan adanya kebutuhan untuk bisa saling berkomunikasi aktif diantara
mereka. Untuk itu mereka membutuhkan cara baru belajar bahasa kedua, karena
metode yang ada dirasa tidak praktis dan tidak efektif. Maka pendekatan-pendekatan
baru mulai dicetuskan oleh para ahli bahasa di Jerman, Inggris, Prancis dan
lain-lain, yang membuka jalan bagi lahirnya metode baru yang disebut metode
langsung. Di antara para ahli itu adalah Francois Gouin (1880-1992) seorang
guru bahasa latin dari Prancis yang mengembangkan metode berdasarkan
pengamatanya pada penggunanaan bahasa ibu oleh anak-anak. Metode ini memperoleh
popularitas pada awal abad ke -20 di Eropa dan America. Pada waktu yang sama, metode
ini juga digunakan untuk pengajaran bahasa Arab, baik di negri Arab maupun di
negri-negri islam di Asia termasuk Indonesia.[2]
Metode
ini berangkat dari satu asumsi dasar, bahwa pembelajaran bahasa asing tidaklah
jauh berbeda dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan menggunakan bahasa secara
langsung dan intensif dalam komunikasi keseharian, dimana tahapan bermula dari
mendengarkan kata-kata, menirukannya secara lisan, sedangkan mengarang dan
membaca di kembangkan kemudian. Metode ini berorientasi pada pembentukan
ketrampilan pelajar agar mampu berbicara secara spontanitas dengan tata bahasa
yang fungsional dan berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya, bak penutur
aslinya.[3]
B.
Karakteristik
& Ciri-Ciri Metode Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method)
Sebagai sebuah
reaksi proaktif terhadap metode gramatika tarjamah, maka karakteristik dari
metode ini adalah :
a)
Memberi prioritas yang tinggi
pada ketrampilan berbicara sebagai ganti ketrampilan membaca, menulis dan
terjemah.
b)
Basis pembelajarannya
terfokus pada tekhnik demonstrative, menirukan dan menghafal langsung, dimana
murid-murid mengulang-ulang kata, kalimat, dan percakapan melalui asosiasi,
konstek dan definisi yang diajarkan secara induktif, yaitu berangkat dari
contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan.
c)
Mengelakkan jauh-jauh bahasa
ibu pelajar.
d)
Kemampuan komunikasi lisan
dilatih secara cepat melalui Tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi yang
berfariasi.
e)
Interaksi antara guru dan
murid terjalin secara aktif, dimana guru berperan memberikan stimulus berupa
contoh-contoh, sedangkan siswa hanya merespon dalam bentuk menirukan, menjawab
pertanyaan, memperagakan.[4]
f)
Kelas diciptakan sebagai
lingkungan BT buatan atau menyerupai “kolam bahasa” tempat siswa berlatih bahasa
secara langsung.[5]
Diatas
telah di terangkan beberapa karakteristik dari metode Langsung (Thariqah
Mubasyarah / Direct Method), sedangkan ciri-cirinya adalah sebagai berikut
:
a)
Tujuan dasar yang diharapkan
oleh metode ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dengan
bahasa arab bukan dengan bahasa ibu siswa.
b)
Hendaknya pembelajaran bahasa
arab dengan menggunakan bahasa arab tidak menggunakan lain sebagai medianya.
c)
Percakapan antar individu
merupakan bentuk pertama dan yang umum untuk digunakan dalam masyarakat,
sehingga pada awal pembelajaran bahasa Arab hendaknya percakapan mereka
menggunakan kosa kata dan susunan kalimat sesuai maksud dan tujuan belajar
sisiwa.
d)
Diawal pembelajaran sisiwa
dikondisikan untuk mendengarkan kalimat- kalimat sempurna dan mempunyai makna
yang jelas, sehingga siswa mampu dan mudah memahaminya.
e)
Nahwu adalah sebagai alat
untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran nahwu diberikan tidak secara
khusus tetapi diajarkan disela-sela penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa dan
kalimat-kalimat yang muncul dalam percakapan.
f)
Teks arab tidak disajikan
kepada sisiwa sebelum sebelum mereka mengenal suara, kosa kata serta susunan
yang ada didalamnya. Dan sisiwa tidak menulis teks Arab sebelum mereka bisa
membaca dengan baik serta memahaminya.
g)
Penerjemahan dari dan
kebahasa Arab adalah sesuatu yang harus dihindari dalam metode ini, sehingga
tidak di benarkan menerjemahkan bahasa arab dengan bahasa apapun.
h)
Penjelasan kata-kata dan
kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa Arab dengan berbagai model,
seperti syarhul al makna, muradif(sinonim), atau memakai mudladad
(antonym) atau dengan yang lain.
i)
Guru lebih banyak menggunakan
waktunya untuk tanya- jawab dengan sisiwa.
j)
Sebagian besar waktu
pembelajaran digunakan untuk latihan bahasa, seperti imla’, mengulang
cerita atau mengarang bebas.
k)
Perhatian metode ini lebih
banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk berbicara dibanding dengan aspek
lain.[6]
C.
Kelebihan
& Kekurangan Metode Langsung (Thariqah
Mubasyarah / Direct Method)
Berikut
ini secara singkat kelebihan dan kekuranan metode mubasyarah . Kelebihan
metode ini adalah :
a)
Pelajar trampil menyimak dan
berbicara.
b)
Pelajar menguasai pelafalan
dengan baik seperti atau mendekati penutur asli.
c)
Pelajar mengetahui banyak
kosa kata dan pemakaiannya dalam kalimat.
d)
Pelajar memiliki keberanian
dan spontanitas dalam berkomunikasi karena berlatih berfikir dalam BT sehingga tidak terhambat oleh proses
penerjemahan.
e)
Pelajar menguasai tata bahasa
secara fungsional tidak sekedar teoritis, artinya berfungsi untuk
mengontrol kebenaran ujarannya.[7]
f)
Cocok dan sesuai bagi
tingkat-tingkat linguistic sisiwa.
Sedangkan
kekurangannya metode ini adalah :
a)
Hanya dapat diterapkan pada
kelompok kecil.
b)
Sangat membutuhkan guru yang
terampil dan fasih berbahasa Arab.
c)
Pelajar lemah dalam kemampuan
membaca pemahaman karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan.
d)
Tidak diperbolehkannya
pemakaian bahasa ibu pelajar bisa berakibat terbuangnya waktu untuk menjelaskan
makna satu kata abstrak, dan terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran pada
siswa.
e)
Model latihan menirukan dan
menghafalkan kalimat-kalimat yang kadang kala tidak bermakna atau tidak
realistis karena tidak kontekstual, bisa membosankan bagi orang dewasa.
D.
Contoh
Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Menggunakan Metode Langsung (Thariqah
Mubasyarah / Direct Method)
Contoh
pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan metode mubasyaroh adalah sebagai
berikut:
Pertama, guru
membuka pelajaran dengan langsung berbicara dengan bahasa arab, mengucapkan
salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu. Siswa menjawab pertanyaan
dengan bahasa arab. Demikian guru meneruskan pertanyaan pertanyaanya dan
sesekali memberi perintah.
Kedua, pelajaran
berkembang diseputar sebuah gambar yang menjadi media untuk mengajarkan
mufrodat. Berbagai tindakan dan objek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang
terpampang dalam gambar. Guru mendeminstrasikan konsep yang belum
jelas(abstrak) dengan cara mengulang ulang sampai seluruh siswa memahaminya.
Kemudian siswa mengulangi kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru serta mencoba
membuat kalimat sendiri sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
Ketiga, setelah
mufrodat dipelajari dan dipahami bahwa maka guru menyuruh siswa membaca teks
bacaan mengenai tema yang sama dengan suara keras. Guru memberi contoh kalimat
yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan bagian yang menjadi inti
pelajaran tidak diterjemahkan, tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan
pertanyaaan dalam bahasa arab dan harus dijawab oleh siswa dengan bahasa arab
pula. Kalau menemui keulitan maka guru mengulang penjelasan dengan simple
dengan bahasa arab.
Keempat,
pelajaran
bisa diakhiri dengan benyanyi bersama.[8]
III.
PENUTUP
IV.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dra.
Hj. Radliyah Zaenuddin, M.Ag, dkk, Metodologi & Strategi Alternatif
Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005) hlm:39
[2] Ahmad
Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYIKAT,
2005) hlm: 35
[3]
Dra. Hj. Radliyah Zaenuddin, M.Ag, dkk, Metodologi & Strategi Alternatif
Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005)
hlm:39-40
[4] Ibid………
[5] Ahmad
Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYIKAT,
2005) hlm: 36
[6] Ibid,
hlm:36
[7] Ibid,
hlm :35
[8] H.
M Abdul Hamid, M.A, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi,
Materi, Dan Media, (Malang: UIN-Malang Press, 2008) hlm:26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar