Rabu, 31 Oktober 2012

metode mubasyaroh


Metode Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method)
Dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Oleh: Choiruddin, Abdul Ro’uf, Aisyah, Ulil Hikmah, Nasirotul Alawiyah
I.                   PENDAHULUAN
Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (listening competence/mahaarah al materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan – Istima’), kemampuan berbicara (speaking competence/mahaarah al-takallum), kemampuan membaca (reading competence/mahaarah al-qira’ah), dan kemampuan menulis (writing competence/mahaarah al – Kitaabah). Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan minat serta ketekunannya.
Maka berangkat dari sinilah kami mencoba untuk mengupas secara singkat tentang metode mubasyaroh( langsung ) dalam makalah ini. Karena kami merasa bahwa penting sekali dalam penggunaan sebuah metode untuk diterapkan dalam pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa.

II.                PEMBAHASAN

A.     Sejarah Munculnya Metode Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method)
Metode langsung merupakan metode yang memprioritaskan pada ketrampilan berbicara. Metode ini muncul sebagai reaksi  ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa dari metode sebelumnya, metode gramatika tarjamah, yang dipandang memperlakukan bahasa sebagai  sesuatu yang mati.[1]
Menjelang pertengahan abad ke-19 hubungan antar Negara di Eropa mulai terbuka sehingga menyebabkan adanya kebutuhan untuk bisa saling berkomunikasi aktif diantara mereka. Untuk itu mereka membutuhkan cara baru belajar bahasa kedua, karena metode yang ada dirasa tidak praktis dan tidak efektif. Maka pendekatan-pendekatan baru mulai dicetuskan oleh para ahli bahasa di Jerman, Inggris, Prancis dan lain-lain, yang membuka jalan bagi lahirnya metode baru yang disebut metode langsung. Di antara para ahli itu adalah Francois Gouin (1880-1992) seorang guru bahasa latin dari Prancis yang mengembangkan metode berdasarkan pengamatanya pada penggunanaan bahasa ibu oleh anak-anak. Metode ini memperoleh popularitas pada awal abad ke -20 di Eropa dan America. Pada waktu yang sama, metode ini juga digunakan untuk pengajaran bahasa Arab, baik di negri Arab maupun di negri-negri islam di Asia termasuk Indonesia.[2]    
Metode ini berangkat dari satu asumsi dasar, bahwa pembelajaran bahasa asing tidaklah jauh berbeda dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan menggunakan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi keseharian, dimana tahapan bermula dari mendengarkan kata-kata, menirukannya secara lisan, sedangkan mengarang dan membaca di kembangkan kemudian. Metode ini berorientasi pada pembentukan ketrampilan pelajar agar mampu berbicara secara spontanitas dengan tata bahasa yang fungsional dan berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya, bak penutur aslinya.[3]

B.     Karakteristik & Ciri-Ciri Metode Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method)
Sebagai sebuah reaksi proaktif terhadap metode gramatika tarjamah, maka karakteristik dari metode ini adalah :
a)      Memberi prioritas yang tinggi pada ketrampilan berbicara sebagai ganti ketrampilan membaca, menulis dan terjemah.
b)      Basis pembelajarannya terfokus pada tekhnik demonstrative, menirukan dan menghafal langsung, dimana murid-murid mengulang-ulang kata, kalimat, dan percakapan melalui asosiasi, konstek dan definisi yang diajarkan secara induktif, yaitu berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan.
c)      Mengelakkan jauh-jauh bahasa ibu pelajar.
d)      Kemampuan komunikasi lisan dilatih secara cepat melalui Tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi yang berfariasi.
e)      Interaksi antara guru dan murid terjalin secara aktif, dimana guru berperan memberikan stimulus berupa contoh-contoh, sedangkan siswa hanya merespon dalam bentuk menirukan, menjawab pertanyaan, memperagakan.[4]
f)       Kelas diciptakan sebagai lingkungan BT buatan atau menyerupai “kolam bahasa” tempat siswa berlatih bahasa secara langsung.[5]
Diatas telah di terangkan beberapa karakteristik dari metode Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method), sedangkan ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
a)      Tujuan dasar yang diharapkan oleh metode ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dengan bahasa arab bukan dengan bahasa ibu siswa.
b)      Hendaknya pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan bahasa arab tidak menggunakan lain sebagai medianya.
c)      Percakapan antar individu merupakan bentuk pertama dan yang umum untuk digunakan dalam masyarakat, sehingga pada awal pembelajaran bahasa Arab hendaknya percakapan mereka menggunakan kosa kata dan susunan kalimat sesuai maksud dan tujuan belajar sisiwa.
d)      Diawal pembelajaran sisiwa dikondisikan untuk mendengarkan kalimat- kalimat sempurna dan mempunyai makna yang jelas, sehingga siswa mampu dan mudah memahaminya.
e)      Nahwu adalah sebagai alat untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran nahwu diberikan tidak secara khusus tetapi diajarkan disela-sela penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa dan kalimat-kalimat yang muncul dalam percakapan.
f)       Teks arab tidak disajikan kepada sisiwa sebelum sebelum mereka mengenal suara, kosa kata serta susunan yang ada didalamnya. Dan sisiwa tidak menulis teks Arab sebelum mereka bisa membaca dengan baik serta memahaminya.
g)      Penerjemahan dari dan kebahasa Arab adalah sesuatu yang harus dihindari dalam metode ini, sehingga tidak di benarkan menerjemahkan bahasa arab dengan bahasa apapun.
h)      Penjelasan kata-kata dan kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa Arab dengan berbagai model, seperti syarhul al makna, muradif(sinonim), atau memakai mudladad (antonym) atau dengan yang lain.   
i)        Guru lebih banyak menggunakan waktunya untuk tanya- jawab dengan sisiwa.  
j)        Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan untuk latihan bahasa, seperti imla’, mengulang cerita atau mengarang bebas.
k)      Perhatian metode ini lebih banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk berbicara dibanding dengan aspek lain.[6]

C.     Kelebihan & Kekurangan  Metode Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method)
Berikut ini secara singkat kelebihan dan kekuranan metode mubasyarah . Kelebihan metode ini adalah :
a)      Pelajar trampil menyimak dan berbicara.
b)      Pelajar menguasai pelafalan dengan baik seperti atau mendekati penutur asli.
c)      Pelajar mengetahui banyak kosa kata dan pemakaiannya dalam kalimat.
d)      Pelajar memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi karena berlatih berfikir  dalam BT sehingga tidak terhambat oleh proses penerjemahan.
e)      Pelajar menguasai tata bahasa secara fungsional tidak sekedar teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol  kebenaran ujarannya.[7]
f)       Cocok dan sesuai bagi tingkat-tingkat linguistic sisiwa.
Sedangkan kekurangannya metode ini adalah :
a)      Hanya dapat diterapkan pada kelompok kecil.
b)      Sangat membutuhkan guru yang terampil dan fasih berbahasa Arab.
c)      Pelajar lemah dalam kemampuan membaca pemahaman karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan.
d)      Tidak diperbolehkannya pemakaian bahasa ibu pelajar bisa berakibat terbuangnya waktu untuk menjelaskan makna satu kata abstrak, dan terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran pada siswa.
e)      Model latihan menirukan dan menghafalkan kalimat-kalimat yang kadang kala tidak bermakna atau tidak realistis karena tidak kontekstual, bisa membosankan bagi orang dewasa.

D.    Contoh Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Menggunakan Metode Langsung (Thariqah Mubasyarah / Direct Method)
Contoh pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan metode mubasyaroh adalah sebagai berikut:
Pertama, guru membuka pelajaran dengan langsung berbicara dengan bahasa arab, mengucapkan salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu. Siswa menjawab pertanyaan dengan bahasa arab. Demikian guru meneruskan pertanyaan pertanyaanya dan sesekali memberi perintah.
Kedua, pelajaran berkembang diseputar sebuah gambar yang menjadi media untuk mengajarkan mufrodat. Berbagai tindakan dan objek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang terpampang dalam gambar. Guru mendeminstrasikan konsep yang belum jelas(abstrak) dengan cara mengulang ulang sampai seluruh siswa memahaminya. Kemudian siswa mengulangi kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru serta mencoba membuat kalimat sendiri sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
Ketiga, setelah mufrodat dipelajari dan dipahami bahwa maka guru menyuruh siswa membaca teks bacaan mengenai tema yang sama dengan suara keras. Guru memberi contoh kalimat yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan bagian yang menjadi inti pelajaran tidak diterjemahkan, tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaaan dalam bahasa arab dan harus dijawab oleh siswa dengan bahasa arab pula. Kalau menemui keulitan maka guru mengulang penjelasan dengan simple dengan bahasa arab.
Keempat, pelajaran bisa diakhiri dengan benyanyi bersama.[8]

III.             PENUTUP
IV.              DAFTAR PUSTAKA


[1] Dra. Hj. Radliyah Zaenuddin, M.Ag, dkk, Metodologi & Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005) hlm:39
[2] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYIKAT, 2005) hlm: 35
[3] Dra. Hj. Radliyah Zaenuddin, M.Ag, dkk, Metodologi & Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005) hlm:39-40
[4] Ibid………
[5] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYIKAT, 2005) hlm: 36
[6] Ibid, hlm:36
[7] Ibid, hlm :35
[8] H. M Abdul Hamid, M.A, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, Dan Media, (Malang: UIN-Malang Press, 2008) hlm:26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar