Cukuplah
membingungkan bila kita berbicara tentang periode perkembangan kesusastraan
arab. Banyaknya perbedaan pendapat antar para sastrawan dalam membagi
periode-periode perkembangan sastra arab menjadikan kita sebagai pengkaji
Tarikh Adabiyah kebingungan dalam memilih kepastian manakah pendapat yang benar
atau pasti maupun mendekati kebenaran atau kepastian? Inilah yang menjadikan
persoalan karena tidak adanya penentuan mulainya atau berakhirnya suatu masa
sastra arab, karena setiap periodesasi hanyalah ditentukan berdasarkan
perkiraan, tidak dapat ditentukan dengan pasti. Biar bagaimanapun mau tidak mau kitapun harus mengkaji
itu karena ini merupakan salah satu pengkajian sejarah sastra
arab atau Tarikh Adabiyah berdasarkan pendekatan periodesasi.
Para
sastrawan sangatlah beragam dalam membagi periode perkembangan sastra arab, ada
sastrawan yang membagi periode sastra arab secara terperinci atau rigit dan adapula yang secara global. Secara rigit sastra
terbagi kedalam bentuk yang merinci pada tiap-tiap masa kepemimpinan, semisal:
periode Jahili, periode permulaan islam, periode Umayyah dll. Sedangkan
pembagian periodesasi yang secara general sastra terbagi atas sastra klasik dan
sastra kontemporer.
A.
PEMBAGIAN SECARA RIGIT
Berdasarkan
literature-literature yang kami baca, kebanyakan para tokoh sastrawan membagi
kedalam bentuk yang rigit. Dan sangat jarang tokoh sastrawan yang membagi
kedalam bentuk yang general. Ini dikarenakan pembagian periodesasi yang secara
general dirasa kurang memerinci, karena sesugguhnya pada tiap-tiap pergantian
kepemimpinan sastra arab sebenarnya mengalami perubahan dan pergeseran sastra
arab dari masa ke masa yang sesungguhnya sangatlah dipengaruhi oleh penguasa
yang berkuasa pada waktu itu. Karena sastra menempati posisi yang terbilang
penting dalam sejarah peradaban Islam..
Para
tokoh sastrawan yang membagi secara rigit periodesasi perkembangan sastra arab
sangatlah beragam, diantaranya:
a.
Umar Faruk membaginya
kedalam empat periode, antara lain:
1.
al-Adab al-Qadim yang
dibagi menjadi dua, Jahiliyah dan Islam (150SH-132H /470-750M )
2.
al-Adab al-Muhdas/
muwallad yakni sejak berdirinya Dinasi Abbasiyah sampai Turki Usmani (132-656H
/750-1258M)
3.
al-Adab al-Turki pada
masa Dinasiti Mughal dan Turki Usmani (12-18M)
4.
al-Adab al-Hadis
dimulai dari tahun 1800an sampai sekarang.
b.
Brockelma membaginya
kedalam empat periode juga, antara lain:
1.
Al-Qadim yang dibagi
menjadi dua Jahiliyah (145SH-132H /475-622M) dan permulaan Islam sampai
kemunculan Abbasiyah (1-132H /622-750M)
2.
Al-Muwallad yang
terdiri dari adab Abbasi (132-656H /70-1258M) dan Adab Andalusi (91-897H
/710-1492M)
3.
Al-Minhar masa
kemunduran (656-1213H /1258-1798M)
4.
Al-Jadid: Nahdah
(1213-1312H /1798-1900M) dan al-kaml pasca tahun 1900 sampai sekarang.
c.
Al-Wasith dan Hasasn
Zayyat membaginya kedalam lima periode, antara lain:
1.
JAhiliyah (122SH-1H,
500-622M)
2.
masa Islam masuk di
dalamnya Dinasti Umayyah (1-132H, 622-750M)
3.
Masa Abbasiyah
(132-656H, 750-1258M)
4.
masa Turki (656-1220H,
1258-1822)
5.
masa modern: dimulai
dari masa pemerintahan Alawy (kerajaan Fatimi- di mesir sampai sekarang
Adanya
Perbedaan istilah dalam penulisan periodesasi kesusastraan Arab seperti contoh
di atas merupakan suatu hal yang wajar, dan perbedaan itu disebabkan oleh empat
pendekatan utama, yaitu:
a.
Mengacu pada
perkembangan sejarah umum, politik atau budaya.
b.
Mengacu pada karya atau
tokoh agung atau gabungan dari kedua hal tersebut.
c.
Mengacu pada motif atau
tema yang terdapat dalam karya sepanjang zaman.
d.
Mengacu pada asal-usul
karya sastra.
Dari
berbagai pendapat para tokoh sastrawan tampak hampir mirip antar satu pendapat
dengan pendapat lainnya. Namun kami lebih condong bahwa pembagian periodasasi
perkembangan sastra arab diikutkan berdasarkan periode sejarah kebudayaan
Islam. Karena sastra merupakan salah satu hasil sejarah kebudayaan islam serta menempati
posisi yang terbilang penting dalam sejarah peradaban Islam. Jadi menurut kami
periodisasi Sastra Arab dibagi menjadi 6:
1) jahiliyah, 2) permulaan Islam, 3) Umayyah, 4) Abbasiyah, 5)
Turkiyyah, 6) Mu’ashiriyyah. .Karena disetiap sastra pada tiap-tiap periode
mempunyai karakter yang berbeda-beda. Inipun hasil dari pengaruh perkembangan
kebudayaan islam.
Dari
hasil pembagian tersebut kita akan mencoba masuk pada alasan pembagian periodesasi dalam
sejarah kasusastraan Arab tersebut baik dari perspektif historis-politis maupun
historis-sastrawi.
1.
Periode
jahiliyah
Historis-Politis
Masa jahili kami nisbatkan orang-orang arab musta’ribah
yang hidup pada masa sebelum islam. Jadi yang dimaksud sastra jahili merupakan
sastra yang dinisbatkan pada penyair pada masa jahili. mereka itu hanya terbatas
dalam bentuk kehidupan badui yang penuh dengan dunia pengembaraan, peperangan,
hidup bebas dari segala hukum (merdeka) dll. Secara politik, keadaan atau
kondisi masa jahili antara lain:
merdeka, penduduk kota dan badui, suka berperang antar suku, Genealogi
bangsa Arab (artinya masyarakat jahili terbentuk atau terbagi kedalam
suku-suku). Dan factor yang salah satu factor yang mempengaruhi sastra jahili
secara politik yaitu suka berperang dan fanatisme terhadap suku.Inilah yang
menjadikan sastra digunakan untuk hal-hal semacam itu.
Historis-Sastrawi
Karya
sastra jahili merupakan karya sastra yang dihasilkan oleh para penyaiir yang
mempunyai tingkat imajinatif tinggi. Ini bisa kita llihat dari segi bahasa
sastra yang penuh dengan kehayalan, penuh emosi, menghidupkan hal-hal yang
mati, serta tidak menempatkan bahasa pada tempatnya. Serta bahasa yang lebih
bebas merupakan keindahan tersendiri bagi bahasa sastra yang digunakan sastra
pada masa jahili. Diksi yang halus tidak jauh dari keadaan alam gurun pasir dan
bebas dari bahasa Asing.
2.
Periode
Permulaan Islam
Historis-Politis
Masa ini dimulai dari masa kenabian
sampai tumbangnya rezim khulafaurrasyidin (1-38H, 622-660M). dan ditandai
dengan kemunculan Al Qur’an yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap
sastra. Sastra yang awalnya digunakan sebagai perantara dalam peperangan dan
fanatisme terhadap suku, kini bergeser sastra digunakan untuk mencari masa atau
perluasan wilayah. Karena secara politis kondisi bangsa arab bergeser dari
bentuk sukuisme, menjadi negara Madinah & khalifah. Kini sastra bertumpu
pada agama, beribadah dan muamalah. fanatisme yang dulu pada suku-suku kini
bergeser menjadi fanatisme pada agama. Karena wilayah islam mulai meluas, ini
menjadikan bertambahnya pengguna sastra.
Historis-Sastrawi
Selain
terpapar diatas, Al Qur’an juga mengajak masyarakat jahili untuk berfikir
secara rasionalitas, yang dari ini menghasilkan pola pikir yang berubah. Jadi
sastra pada masa setelah munculnya islam lebih rasional dan digunakan sebagai
ajang dakwah. Akibat munculnya islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Memberikan
pengaruh besar terhadap kesusastraan arab, diantaranya terpecahnya para penyair
arab karena ada sebagian penyair yang masuk islam, ada yang menolak islam dan
ada pula yang mengambil jalan tengahnya (mereka tidak masuk islam juga tidak
menolak datangnya islam). Sisi eksoteris puisi tetap terjaga bahkan
dikembangkan menjadi klimaks sastrawi, namun sisi esoterisnya bayak digubah. Isi
dan tujuan sastra bergeser menyempit, tidak sebebas sastra jahili karena
terikat Ajaran-ajaran Islam. Nilai sastra tidak terletak pada isi melainkan
pada tujuan dari sastra itu sendiri. Namun agaknya penggunaan prosa lebih
mendominasi dari pada puisi. Prosa dirasa lebih rasional dari pada puisi yang
penuh dengan kehayalan dan emosi. Jadi dapat pula disimpulkan agaknya sastra pada masa sadr islam mengalami
kelesuan dikarenakan semua orang terlena dengan kemunculan Al Qur’an yang tak
tertandingi gaya bahasanya.
3.
Periode
Umayah
Historis-Politis
Masa ini dimulai dari adanya
pertentangan politik atas tuduhan kepada Khalifah Ali yang telah membunuh
Usman. Yang pada akhirnya dimenangkan oleh Muawiyah, sehingga ia membangun sebuah
dinasti yang disebut “Dinasti Muawiyah”. Secara politis kondisi bangsa arab
pada masa ini berubah dari kepemimpinan yang demikratis menjadi kepemimpinan
monarki. Para pemimpin memberikan apresiasi tinggi tehadap sastra, sehingga
banyak didirikan lembaga pusat bahasa. Juga munculnya berbagai kelompok politik
dan agama menumbuhkan semangat berpuisi yang bahkan melebihi nilai-nilai jahili
guna menghidupkan warisan jahili untuk bersastra. Factor yang lain juga muncul
dari berkembangnya berbagai disiplin ilmu yang juga bisa menunjang
berkembangnya sastra.
Historis-Sastrawi
Sastra yang pada masa sadr islam
agak mengalami kelesuan akibat kemunculan Al Qur’an ditengah-tengah persaingan
sastra, kini pada umayah sastra mulai bangkit lagi. Ini bisa kita lihat dari Madh,
fakhr, hija’ ritsa’ ghazl, washf pada masa Jahliyah yang tetap dipertahankan
dan dipelihara. Antara puisi dan prosa berkembang secara sejajar dan bersamaan,
namun begitu tampaknya puisi lebih tinggi dibangin prosa milsalnya pidato. Pengembangan
prosa yang lebih dimotivasi oleh kepentingan politik, baru kemudian agama.
4.
Periode
Abasiyah
Historis-politis
Masa
ini dimulai dari dari tahun (132-656H, 750-1258M). Dinamakan “Daulah Abbasiyah”
karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas (paman
Muhammad). Kondisi Politik bangsa pada masa ini ditandai dengan Pergeseran
ideologi politik dari Arab (damaskus)-ke Persi (bagdad), penguasa tidak hanya
dari Arabiyyun dan pola selalu berubah sesuai konsdisi
sosial-politik-agama, pembentukan lembaga negara yang ada wazirnya, militer
khusus-kuat, percekcokan dari dalam (Arab, daerah) dan luar. (turki-persi, lua
daerah).
Historis-sastrawi
Ada
perubahan yang fundamental dibidang bahasa dan sastra, diantaranya meluasnya
objek kajian bahasa secara umum (linguistic, logika, arabisasi dll), meluasnya
makna halus (fikiran yang rasional, khayalan indah melampui masa Islam, pendalaman logika dll),
leksikal dan gaya bahasa (pemilihan kata yang halus, ringan dan mudah dicerna).
Tema/tujuan pengungkapan sastra dan orientasi syair mengalami perluasan
sehingga menimbulkan kualitas dan kuantitas sastra meningkat. Wilayah kajian
sastrapun meluas tidak hanya pada syiir sehingga memunculkan karya-karya:
novel, buku-buku sastra, riwayat dan hikayat, serta munculnya genre baru.
5.
Periode
Turkiyah
Historis-politis
Disebut
Turkiyyah karena pada masa ini kerajaan Usmani yang berada di Turkilah yang
dianggap mendominasi dan menguasai sebagaian besar wilayah Islam, namun masa
ini merupakan masa kemunduran sastra. Karena kondisi bangsa arab turkiyah
ditandai dengan terpecahbelahnya kerajaan islam yang meluluuhlantahkan
peradaban islam. Ini yang menjadikan sastra mengalami kemerosostan karena sebagai
center super power Islam hancur. Penggunaan bahasa kenegaraan bukanlah bahasa
arab, sehingga bahasa Arab mengalami kemunduran, semisal penulisan
keadministrasian yang menggunakan bahasa turki. Sangat sedikit ahli penulis
yang menggunakan arab fushah, sehingga cara membuat surat dengan model contekan
dari buku yang khusus membahas tentang surat menyurat. Ini dikarenakan karena
raja yang cenderung mengabaikan bahasa arab, padahal sastra akan terus
mengalami perkembangan jika penguasapun ikut memberikan kontribusi yang tinggi.
Historis-sastrawi
Turki Usmani tidak terlalu menaruh
perhatian terhadap segala hal yang berkaitan dengan Arab yang menjadi wilayah
kekuasaannya. Sebagai penguasa, Turki Usmani menerapkan kebijakan Turkiisasi
atau menanamkan pengaruh Turki di setiap wilayah kekuasaannya, seperti bahasa,
tradisi dan lain sebagainya. Hal ini berakibat pada bahasa dan sastra Arab yang
cenderung tidak mengalami perkembangan yang berarti. Kondisi keilmuan masa
turki ditandai dengan mengendurnya pendidikan & penulisan. Bahasa Arab yang
dijadikan sebagai bahasa sains, hanya beberapa kelompok yang mengembangkan
bahasa & sastra Arab. prosa dan puisi sama-sama mengalami kemandegan, karena
lebih terjebak pada bentuk.
6.
Periode
Muashiriyyah
Historis-politis
Periode
ini dimulai Dimulai dari tahun 1798 sampai sekarang. Kondisi politik pada
periode ini ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan kecil di Timur dan Barat yang menjadi negara
tersendiri, juga munculnya gerakan-gerakan pembahrauan pro dan kontra Khilafah
Islamiyah dalam hegemoni Barat.
Historis-sastrawi
Sastra
menjadi displin ilmu tersendiri yang terbatas pada puisi dan prosa dengan
kaidah-kaidah tertentu pula. Tidak terjebak pada struktur (kaidah), tetapi
lebih mementingkan isi, sehingga berbasis pada pilihan diksi yang indah dan
lembut, bukan kesamaan suara (qafiyah)/ ritma (bahr).
B.
PEMBAGIAN
SECARA GENERAL
Sedangkan
pembagian periodesasi sastra arab secara general yaitu: sastra arab klasik dan
sastra arab kontemporer (modern). Sedangkan yang dimaksud sastra komtemporer
atau modern merupakan kebangkitan perkembangan sastra setelah sastra sendiri
mengalami kemunduran hingga sekarang. Hampir dari seluruh tokoh sastrawan
sepakat bahwa batasan kemunduran sastra terhitung pada tahun 1213-1312H
/1798-1900M. Dan secara umum, dinamakan kemunduran sastra dikarenakan: Hancurnya
bagdad sebagai center super power Islam, Orisinalitas keilmuan
sudah pudar, Dunia sufi yang semakin massif dan Kecenderungan mentarjih/mensyarah/menmulakhas.
Hal
yang menjadikan sastra arab modern muncul yaitu salah satunya dikarenakan
adanya kontak dengan kebudayaan barat.
1.
Sastra
Arab Klasik
Historis-politis
Yang dimaksud sastra arab klasik
yaitu sastra arab mulai dari periode sastra jahily (periode munculnya sastra)
hingga mengalami kemunduran (periode turkiyah).
Historis-sastrawi
Kondisi masyarakat arab klasik
merupakan gambaran masyarakat arab yang masih murni belum terkontaminasi
budaya-budaya barat. Bahasa arab hanya bersentuhan dengan bahasa yang serumpun
dengan bahasa arab, belum bersentuhan dengan bahasa-bahasa barat.
2.
Sastra
Arab Kontemporer (modern)
Historis-politis
Kondisi
Politik bangsa arab pada masa modern ini ditandai dengan adanya
kerajaan-kerajaan kecil di Timur dan Barat menjadi negara tersendiri, munculnya
gerakan-gerakan pembahrauan, pro kontra Khilafah Islamiyah, dalam hegemoni
Barat. Banyak Negara-negara disatukan antara budaya arabiyah, barat dan timur,
yang menjadikan bangsa arab terkontaminasi oleh budaya-bedaya barat dan timur. Dari
sini geliat kebangkitan sastra Arab semakin menampakkan eksistensinya yang
merupakan perpaduan dari proses panjang asimilasi dengan berbagai kebudayaan
seperti Prancis dan Inggris (assimilation), penerjemahan beragam karya asing
(translation), peniruan berbagai naskah asing (imitation) yang dilakukan oleh
beragam pihak yang berkecimpung dalam dunia sastra Arab.
Historis-sastrawi
sastra Arab memiliki berbagai aliran
sastra yang muncul silih berganti, baik karena motivasi kritikan terhadap model
sastra yang muncul sebelumnya maupun karena untuk menyempurnakan aliran lainnya
yang muncul dalam kurun waktu yang sama. secara umum tujuan penggubahan puisi
pada masa ini masih sama seperti pada masa-masa sebelumnya yang masih berkaitan
dengan pujian, membangkitkan semangat, kebanggaan, perumpamaan-perumpamaan dan
mensifati sesuatu, akan tetapi telah mulai terbebas dari mengikuti metode
penggubahan puisi yang terdapat pada masa Abbasiyah yang berlangsung dalam masa
selama 60 tahun. Diantara factor kebangkitan sastra modern antara lain: adanya
kontak dengan budaya barat, meluasnya kegemaran berbahas arab dan inggris, Banyaknya
kelompok-kelompok Sastrawan (aliran), Kerasi seni untuk memberhangus buta seni
dan ilmu pengetahuan dimesir, dll.