Rabu, 26 September 2012
penyakit hati
Dua Bentuk Penyakit Hati:
Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman, artinya:
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.
Ini yang disebut penyakit syahwat.
Allah juga berfirman, artinya:
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya…
Allah juga berfirman, artinya:
Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya .
Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati. *}. Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.
Bersabar terhadap istri
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَ عَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَ يَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
“Dan bergaullah kalian dgn mereka secara patut. Kemudian bila kalian tdk menyukai mereka krn mungkin kalian tdk menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan pada diri kebaikan yg banyak.”
Suami yg bijak adl orang yg mau menerima segala kekurangan yg ada pada istrinya. Ia menyadari bahwa tdk ada wanita yg sempurna yg bisa memenuhi semua harapannya. Inilah salah satu kunci tercipta keharmonisan rumah tangga yg selayak dimiliki oleh tiap suami.
Pepatah mengatakan “tak ada gading yg tdk retak” tdk ada manusia yg sempurna. Kenyataan memang demikian siapapun dia selama dia disebut anak manusia entah wanita ataupun lelaki mesti ada kekurangan tdk ada yg sempurna dlm segala sisi. Memang ada manusia yg mempunyai banyak kelebihan namun jumlah mereka pun sedikit
keimanan
Di bawah bayangan dua lukisan yang
menggambarkan contoh nifaq yang jahat dan contoh iman yang bersih ini,
ayat-ayat yang berikut menyeru kaum Muslimin dengan sifat iman, iaitu sifat
mereka yang dikenali umum supaya masuk ke dalam kedamaian dengan keseluruhan
jiwa mereka, dan supaya berwaspada dan mengikut jejak syaitan serta
mengingatkan mereka dari tergelincir setelah mereka mendapat penerangan yang
jelas:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِين
208. “Wahai orang-orang yang beriman!
Masuklah ke dalam kedamaian dengan keseluruhan jiwa kamu dan janganlah kamu menurut jejak
syaitan-syaitan kerana sesungguhnya syaitan itu musuh kamu yang amat nyata.
MENGHAFAL AL QUR'AN
Di antara karakteristik Al Quran
adalah: ia merupakan Kitab Suci yang dimudahkan
untuk dihapal dan diulang-ulang, dan ia
juga dimudahkan untuk diingat dan fahami.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan
Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran?.” (Al
Qamar:17), dan ayat lainnya.
Karena dalam lafazh-lafazh Al Quran,
redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya
mengandung keindahan, kenikmatan dan
kemudahan, sehingga mudah unuk dihapal bagi
orang yang ingin menghapalnya,
menyimpan dalam hatinya, dan menjadikan hatinya
sebagai tempat Al Quran.
Dari sini, kita mendapati ribuan bahkan
puluhan ribu kaum Muslimin yang
menghapal Al Quran, dan mayoritas dari
mereka adalah anak-anak yang belum
menginjak usia baligh. Dalam usia yang
masih kanak-anak itu, mereka tidak mengetahui
nilai kitab suci, juga apakah ia suci
atau tidak, namun tetap saja Al Quran dihapal oleh
bilangan orang yang banyak itu.
Jika Anda meneliti perhatian
orang-orang Kristen terhadap Kitab Suci mereka, kita
akan mendapatkan tidak seorangpun yang
hapal isinya, tidak setengahnya, atau
seperempatnya, dari kalangan
orang-orang yang beriman dengan kitab itu, hingga para
rahib, pendeta, uskup dan kardinal
sekalipun tidak hapal kitab suci mereka.
Sementara dengan Al Quran, kita
mendapatkan banyak non-Arab yang hapalannya
amat bagus: seperti saudara-saudara
kita dari India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan,
Turki, Senegal dan Muslim Asia-Afrika
lainnya, padahal mereka tidak memahami bahasa
Arab. Kami pernah menguji mereka dalam
musabaqah-musabaqah menghapal Al Quran
di negeri Qathar, dan aku dapati salah
seorang mereka ada yang menghapal demikian
bagusnya sehingga seperti sebuah kaset
rekaman Al Quran, yang tidak melupakan satu
huruf-pun dari Al Quran, atau satu kata
darinya, namun demikian, saat kami tanya dia
(dengan bahasa Arab): siapa nama Anda?
Ia tidak dapat menjawab! Karena ia tidak
memahami bahasa Arab.
Ini semua adalah perwujudan dari firman
Allah SWT:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benarbenar
memeliharanya.” (Al Hijr: 9).
Allah SWT telah menjamin pemeliharaan
Al Quran ini dengan ungkapan yang tegas itu1,
dan diantara perangkat untuk
memeliharanya adalah: menyiapkan orang yang
menghapalnya, dari satu generasi ke
generasi lainnya.
Kami telah menghapal Al Quran dengan
baik saat belum lagi menginjak usia
sepuluh tahun, dan mungkin kami dapat
menghapalnya pada usia yang lebih muda lagi.
Kami dapati di Bangladesh seorang
anak-anak yang telah hapal Al Quran saat ia
berusia sembilan tahun. Saat kami
mencoba hapalannya, kami dapati hapalannya amat
bagus.
Kami mendapati di Mesir anak yang telah
hapal Al Quran saat ia berusia tujuh
tahun, seperti kami saksikan dalam
musabaqah tahfizh Al Quran. Dan salah seorang2
1Penegasan itu tampak dalam penggunaan jumlah ismiyyah
(redaksional dengan kata benda) dan dalam
kata “inna” serta lam dalam khabar
“lahaafizhuun”.
darinya datang ke Qathar, dan kemudian
diterima dengan hormat oleh menteri
Pendidikan Qathar beberapa tahun yang
lalu. Dan kami melihat seorang anak pada usia
yang sama telah menghapal Al Quran dan
membacanya dengan baik, dari sebuah
kampung dekat kampung asalku di Mesir,
yaitu Sajin al Kaum3.
Kami temukan sebagian pendidik
kontemporer yang mengkritik kegiatan
menghapal Al Quran pada saat
kanak-kanak, karena ia menghapalnya tanpa pemahaman,
dan manusia tidak seharusnya menghapal
apa yang tidak ia fahami.
Namun kaidah ini tidak boleh
diaplikasikan bagi Al Quran, karena tidak mengapa
seorang anak menghapal Al Quran pada
masa kanak-kanak untuk kemudian
memahaminya pada saat dewasa. Karena
menghapal pada saat kanak-kanak seperti
memahat di atas batu, seperti dikatakan
seoarang bijaksana pada masa lalu. Dan saat ada
yang mengatakan: orang yang dewasa
lebih matang akalnya! Ada yang menjawab:
namun ia lebih banyak kesibukannya!
Kami telah menghapal Al Quran dan
menyimpannya dalam hati semenjak masa
kanak-kanak itu, kemudian Allah SWT
memberikan manfaat kepada kami saat dewasa.
Di antara keistimewaan Al Quran adalah:
ia merupakan kitab yang dijelaskan dan
dimudahkan untuk dihapal, seperti kami
telah jelaskan dalam karakteristikkarakteristiknya.
Oleh karena ia dipahami –secara
global—oleh yang kecil dan yang
besar, yang tidak berpendidikan maupun
yang berpendidikan, dan setiap orang
mengambil pemahaman darinya sesuai
dengan kemampuannya.
Kami perlu sebut di sini –saat kami
belajar di al Kuttab (madrasah penghapal Al
Quran)— kami pernah membaca kisah-kisah
Al Quran dan nasehat-nasehatnya, dan kami
mengetahui ibrah umum dari kisah-kisah
itu, meskipun kami tidak mencapai maknamakna
yang dalam yang terkandung dalam
redaksi Al Quran, hukum-hukumnya dan
semacamnya.
Kejadian yang lain adalah saat kami
mengulang hapalan surah Ash Shaaffaat
kepada syeikh Kuttab kami yaitu Syaikh
Hamid. Dalam surah itu terdapat banyak kisah
para Rasul, dan di antaranya adalah
kisah Nabi Luth a.s. dan kaumnya yang dihancurkan
oleh Allah SWT dan dibinasakan dengan
azab-Nya. Tentang mereka Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya Luth benar-benar salah
seorang rasul. (Ingatlah) ketika Kami selamatkan
dia dan keluarganya
(pengikut-pengikutnya) semua, kecuali seorang perempuan tua
(isterinya yang berada) bersama-sama
orang yang tinggal. Kemudian Kami binasakan
orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya
kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan
melalui (bekas-bekas) mereka di waktu
pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu
tidak memikirkan?.” ( Ash Shaaffaat:
133-138).
Kami membaca dua ayat yang terakhir itu
seperti ini:
.“ وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ( 137 )وَبِاللَّيْلِ“
2 Yaitu siswa Badri Abu Zaid dari propinsi Asyuth.
3 Beberapa bulan yang lalu ada seorang anak dari Iran –yang
baru berumur tujuh tahun— yang menjadi
fenomena dalam menghapal Al Quran al
Karim. Yaitu As Sayyid Muhammad Husain Ath Thababai. Ia
telah mengunjungi Qathar pada bulan
Muharram tahun 1419 H (Mei 1998 M). Ia menampilkan hapalannya
dan pemahamannya terhadap Al Quran
dengan mencengangkan semua orang. Ia telah mengunjungiku
bersama orang tuanya disertai duta
besar Iran di Doha, aku kemudian menguji hapalan dan
pemahamannya, ternyata memang betul
mengagumkan.
Dengan menyambung kata “ مُصْبِحِينَ وَبِاللَّيْلِ “, dan tidak
berhenti pada ujung ayat,
kemudian kami membaca: “ أَفَلَا تَعْقِلُونَ “. Mendengar itu,
Syeikh Hamid berkomentar:
Allah yaftah `alaik! (Allah membuka
pemahaman engkau!) Syeikh itu mengetahui kami
telah memahami makna ayat itu: “
Kami dapati sebagian saudara kita yang
beragama Kristen yang dengan serius
berusha menghapal Al Quran atau banyak
juz dari Al Quran, dan agar anak-anaknya juga
menghapalnya pada usia kanak-kanak
mereka. Seperti diceritakan sendiri oleh Dr.
Nazhmi Lukas, seorang sastrawan Koptik
Mesir, tentang dirinya, dalam pembukaan
bukunya yang terkenal “Muhammad:
Risalah dan Rasul”. Ia menceritakan bagaimana
bapaknya mengirimnya kepada salah
seorang syaikh yang buta dan amat baik hapalannya
di kota Suez, kemudian bapaknya meminta
syeikh itu untuk mengajarkan anaknya
menghapal Al Quran, dan dasar-dasarnya.
Dan iapun melaksanakannya.
Pemimpin politik Koptik Mesir yang
terkenal Makram Ubeid menghapal Al Quran
dalam jumlah banyak, dan ia dengan
lincah mengutip dari Al Quran dalam pidatopidatonya,
dalam artikel-artikelnya, dalam
pembelaannya di persidangan, dan kata-kata
Al Quran yang ia gunakan itu memberikan
keindahan dalam ucapan-ucapannya, dan
memberika kekuatan yang tidak dapat
diberikan oleh sumber lainnya selain Al Quran.
Diantara manfaat menghapal Al Quran
pada masa kanak-kanak adalah: meluruskan
lidah, membaca huruf dengan tepat, dan
mengucapkannya sesuai denan makhraj
hurufnya, dan tidak mengalami seperti
dialami oleh orang awam dan sayangnya sebagian
pendidik, yang kurang fasih dalam
membaca huruf jim, dan tidak mengeluarkan lidah
saat membaca huruf tsa, dzal, zha dan
lainnya, tidak menebalkan huruf-huruf izh-har
yang terkenal dalam kha, shad, dhadh,
tha, zha, ghain, dan qaf, kapan harus menebalkan
huruf raa dan kapan menipiskannya, juga
seperti huruf lam dalam kata Allah,
kaditebalkan, dan kapan ditipiskan. Dan
semacamnya dari bermacam-macam hal yang
biasa kita lakukan, sehingga membuat
lidah kami lembut dari semenjak kanak-kanak,
akibat menghapal Al Quran dan
membacanya dengan baik, sehingga akhirnya itu menjadi
tabi`at kami yang kedua.
Minggu, 09 September 2012
abcd
kala ku gundah
kala ku sedih
kala tiada yang menemani disetiap hari-hari sepi
kala seolah tiada harapan
tidalah hal yang lebih indah saat kita mensyukuri segala apa yang tlah kita punya
Langganan:
Postingan (Atom)